Lompat ke konten

AL MUSLIM-STUDI LAPANGAN VIRTUAL BALI ZOO

BERKENALAN DENGAN SATWA LEWAT VIRTUAL

Pandemi covid 19 yang melanda dunia mengharuskan kita untuk  membatasi aktivitas di luar rumah sehingga kita  harus menyesuaikan diri dengan membuat inovasi pembelajaran yang membuat siswa menjadi tertarik dan tidak membosankan, walau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara daring masih  dijalankan. Tak pelak studi lapangan yang merupakan program tahunan dan biasanya dilaksanakan secara langsung ke tempat tujuan, maka selama pandemi kegiatan diadakan secara virtual.  Sesuai namanya, program ini memungkinkan pengunjung mengeksplorasi suatu tempat dan mendapatkan informasi dari pemandu secara online. Selain mendukung PJJ, program ini diharapkan bisa memberikan alternatif kegiatan terutama bagi siswa yang mulai bosan dengan belajar dari rumah saja.

SD Al Muslim, Sekolah Sang Pemimpin mempunyai program studi lapangan ke Bali Zoo khusus kelas 2 dan dihelat pada tanggal 31 Agustus 2021. Kegiatan ini diawali dengan sambutan dari Kepala SD Al Muslim yaitu Ustazah Fatimatuz Zahroh, S.Pd, M.Pd  yang menjelaskan tujuan kegiatan sambil tetap menyemangati siswa agar tetap menjaga kesehatan.

Dengan dipandu oleh Kak Caca kegiatan berlangsung sangat interaktif. Kak Caca menjelaskan bahwa Bali Zoo berlokasi di Jalan Raya Singapadu, Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali. Sekitar 20 menit dari Ubud.

Bali Zoo merupakan kebun binatang yang dibuka pada tahun 2002 dan menjadi salah satu kebun binatang terbaik di Asia Pasifik. Kebun binatang ini tidak hanya menjadi tempat rekreasi keluarga saja, namun juga menjadi tempat untuk melestarikan berbagai satwa yang hampir punah.  Dengan luas 3,5 hektar, kebun binatang ini sudah memiliki hingga 450 jenis satwa langka seperti merak, jalak Bali, harimau Sumatra, orang utan, kasuari, singa, elang, rusa, singa Afrika, unta hingga kanguru.

Lebih lanjut Kak Caca menjelaskan bahwa Bali Zoo memiliki koleksi 5 orang utan yang terdiri dari 3 orang utan jantan dan 2 orang utan betina salah satunya bernama Dara yang sekarang sudah  berusia 12 tahun. Orang Utan mempunyai kemiripan 92% seperti manusia. Jumlah jari tangannya masing-masing ada 5. Jumlah gigi ada 32 tapi sangat kuat hingga bisa mengupas kelapa dengan memanfaatkan giginya. Bentuk jari-jari kakinya mirip tangannya sehingga bisa mencengkeram dengan kuat dan bergelantungan di pohon. Untuk perawatan tubuh orang utan dengan memandikan sekali sehari dan mengeramasi rambutnya agar bersih. Dan tak lupa menyisiri serta memberi minyak kemiri, agar rambutnya tidak mudah rontok, dan tumbuh dengan lebat.

Selain orang utan, Bali zoo memiliki koleksi andalan yaitu gajah Sumatra yang berjumlah 13 ekor yang terdiri 11 ekor betina dan 2 ekor jantan, salah satunya bernama Moli yang sekarang sudah berusia 25 tahun. Yang membedakan gajah Asia dan gajah Afrika adalah pada bobot tubuhnya. Gajah Afrika lebih besar 2/3 kali lipat daripada gajah Asia.  Begitu juga untuk gadingnya gajah Afrika lebih besar dibandingkan gajah Asia. Jari pada belalainya berfungsi sebagai sensor. Gajah juga sangat mudah untuk dilatih beberapa kecakapan khusus lewat kata-kata positif dari sang keeper, seperti saat diberikan perintah tidur maka gajahpun segera membaringkan tubuhnya, begitu juga saat diperintah duduk maka sang gajahpun akan segera duduk.  Seekor gajah betina bisa melahirkan  setelah berumur di atas 9-10 tahun.  Usia kehamilan gajah  mencapai 22 bulan. Bayi gajah sumatera yang baru lahir ke dunia memiliki bobot tubuh sekitar 40-80 kg dengan tinggi berkisar 75-100 cm. Bayi tersebut akan diasuh oleh induknya hingga berumur 18 bulan. Dalam satu kali kehamilan biasanya terdapat satu bayi, namun dalam beberapa kasus ada juga yang melahirkan hingga dua bayi. Jarak waktu antar kehamilan berkisar 4-4,5 tahun.

Penjelasan panjang lebar dari Kak Caca ternyata memantik keingintahuan anak-anak yang begitu besar, salah satunya adalah dari Falisha kelas 2 Ibnu Sina yang menanyakan pada usia berapa gajah mengeluarkan gadingnya. Dan masih banyak pertanyaan yang akan digali oleh anak-anak tapi sayangnya waktu yang bergulir dengan cepat sehingga menutup kunjungan virtual ini. Semoga pandemi ini berakhir dengan cepat sehingga kita bisa langsung melihat dekat satwa-satwa asli Indonesia yang menjadi kebanggaan kita semua. (Esti Apriani/ Guru SD)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *